PENGGUNAAN ponsel memang semakin marak, bahkan saat ini siapa pun bisa memilikinya. Ponsel menjadi alat komunikasi yang multifungsi dan kompleks, seperti berfungsi sebagai alat pemotret, penerima informasi, pengirim pesan, mendengarkan musik, penghubung jaringan internet, dan berbagai fungsi lainnya. Selain memiliki beragam fungsi, ponsel juga bisa didapatkan dengan harga yang cukup terjangkau. Inilah mengapa ponsel menjadi terkenal dan menjadi media paling utama bagi kehidupan manusia modern.
Evolusi telepon genggam atau ponsel memang luar biasa, mulai dari sebesar ukuran kotak sepatu hingga era smartphone yang membuat pengguna serasa memiliki komputer di mana pun berada. Zaman sekarang seseorang akan merasa seperti telah membuka jendela dunia dan merasa bahwa dunia ada digenggamannya. Saat ini kehidupan kita lebih banyak menggunakan smartphone atau ponsel pintar. Lewat smartphone, kita dapat dengan mudah mengakses apa saja. Tak heran jika smartphone menjadi semakin tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Kondisi ini lama kelamaan akan membuat beberapa orang kecanduan hingga tak bisa menjalani kehidupan dengan normal tanpa smartphone. Situasi seperti ini biasa disebut dengan nomophobia. Sebenarnya ada hubungan apakah antara smartphone dengan nomophobia?
Nomophobia? Dari namanya saja sudah bisa kita duga kalau ini adalah sejenis gangguan yang berhubungan dengan rasa takut. Nomophobia adalah singkatan dari No Mobile Phone Phobia, yang artinya bahwa seseorang akan merasa ketakutan jika tidak membawa smartphone ketika beraktivitas. Gangguan ini merupakan salah satu keadaan yang tidak normal yang dapat menimbulkan rasa takut atau perasaan gelisah dan cemas jika seseorang berada jauh dari ponselnya.
Nomophobia menyerang para pengguna smartphone yang pada umumnya adalah remaja dan orang-orang dewasa. Orang yang sudah terkena gangguan ini akan mengalami ketergantungan dan menjadi gelisah ketika berada jauh dari ponselnya, ia akan cemas pada saat kehilangan sinyal, bahkan panik ketika tidak memiliki pulsa atau ketika putus komunikasi dengan dunia luar akibat gagal terkoneksi dengan internet. Hal ini nantinya akan berdampak buruk pada penggunanya. Selain sering merasa takut atau gelisah, hal ini juga dapat menghilangkan konsentrasi karena yang dipikirkan hanyalah smartphone miliknya. Akibat lain yang ditimbulkan akan bergantung dari parah atau tidaknya nomophobia yang diderita.
Sebagian orang akan merasa hampa jika tidak memegang smartphone dan tak terhubung akses internet. Bahkan orang yang terserang nomophobia akut selalu tidur berdampingan dengan smartphone dan mayoritas pengguna tak segan-segan untuk membawa smartphone ke dalam kamar mandi. Adapula orang yang selalu mendahulukan memeriksa pemberitahuan di ponselnya ketimbang mencuci muka saat baru bangun tidur.
Sebenarnya nomophobia dapat dihubungkan pula dengan masalah ’wifi party’. Fenomena ‘wifi party’ merupakan pesta yang terjadi ketika keluarga sedang berkumpul atau pada saat bersama teman-teman, namun setiap orang yang berada dalam kondisi tersebut sibuk menggenggam smartphone yang terkoneksi dengan internet melalui wifi yang tersedia atau hanya terfokus pada layarnya.
Rencana yang dibuat untuk sekedar berkumpul bersama menjadi tak terealisasikan ketika setiap orang sibuk dan fokus dengan benda kecil yang dapat memberi informasi tersebut. Hal terburuk yang pernah seseorang alami adalah ketika rencana untuk kumpul bersama dengan berbagai candaan berubah menjadi realita bahwa semua orang yang berkumpul di sana masing-masing memegang ponsel dan asik menatap layarnya sambil tersenyum bahagia bahkan tertawa, tanpa memedulikan keadaan sekitarnya. Kenapa ini bisa terjadi? Karena saat ini kita hidup pada zaman dimana kita berbicara dengan menggunakan tangan (mengetik) dan mendengar dengan menggunakan mata (membaca).
Kecanggihan teknologi membawa kita kepada dunia tanpa batas ruang dan waktu. Tanpa batas ruang, artinya kita bisa berkomunikasi dengan mengirim pesan tanpa harus berada dalam ruang atau tempat yang sama kepada orang yang berada jauh dari tempat kita. Tanpa batas waktu, artinya kita bisa mengirim pesan kapan saja dan di mana saja, dalam keadaan bekerja, kuliah atau yang lainnya. Begitu banyak kemudahan yang diberikan dari berbagai macam teknologi saat ini, sehingga membuat kita lupa akan banyaknya kegiatan yang lebih bermanfaat dibandingkan dengan duduk manis menatap layar smartphone.
Gejala yang dapat diketahui ketika seseorang terserang nomophobia antara lain, yaitu tidak bisa berhenti mengecek smartphone, selalu ketakutan akan kehilangan smartphone, dan tidak pernah mematikan smartphone. Berbagai kecanggihan teknologi sudah merasuki kehidupan kita dan kita menerimanya dengan riang gembira, tanpa tahu apa akibat yang akan ditimbulkan ketika kita sudah kecanduan dengan teknologi tersebut. Kita jadi lebih sering berkomunikasi dengan orang lain tanpa bertemu langsung atau tatap muka.
Apakah gangguan ini berbahaya bagi manusia? Sebenarnya tidak juga. Tetapi memang kita harus pintar dalam membagi waktu agar hidup bisa seimbang. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mencegah maupun mengatasi gangguan ini, salah satunya adalah dengan membatasi penggunaan smartphone.
Gunakan smartphone sesuai dengan keperluan dan menyadari bahwa penggunaan smartphone yang tidak terlalu penting akan berdampak pada terbuangnya waktu dengan sia-sia. Ingatlah bahwa smartphone hanya alat yang dapat membantu kehidupan menjadi semakin mudah dan lebih cepat, namun jangan sampai lupakan hal-hal lain. Memang smartphone dapat membantu dalam banyak hal, namun adakalanya kita harus meluangkan waktu sejenak untuk beristirahat. Misalnya, memanfaatkan waktu semaksimal mungkin ketika bersama keluarga atau teman-teman. (tresna)