Search

Senin, 14 April 2014

Indah dan Mulianya Kaum Perempuan

Setiap taman mempunyai hembusan angin. Hembusan taman dunia adalah kaum perempuan. Mereka, saudara kaum laki-laki. Ibu para pahlawan. Penuh lembut, indah, rahim orang-orang besar, melahirkan para ulama, membesarkan orang-orang tangguh, mendidik para bijak. Perempuan, itu perasa. Menyakitinya adalah dosa. Memarahinya adalah cela. Barangsiapa yang mencederainya, maka ia tak lagi mempunyai hak mendapat kasihnya. Perempuan, di dunia ini adalah hiasan, keindahan dan pemberi inspirasi. Ia juga ibu yang sangat kasih. Sahabat bagi yang bersedih. Lebih baik dari meratap dan menangis. Tapi lebih merisaukan dari rasa sakit dan lara.

Air susunya adalah makanan yang paling tulus. Perlindungan yang diberikannya, benar-benar tulus. Di matanya tersimpan rahasia. Di keningnya terdapat banyak cerita. Dalam peluknya ada kasih sayang. Rasa laparnya, berarti ia tidak lapar seorang diri. Ketiadaan perempuan dari kehidupan adalah kehilangan banyak kebahagiaan. Ketersembunyian perempuan dalam pentas dunia, adalah membunuh keindahan.

Ia adalah penghimpun banyak prosa dan seni bahasa. Emas tanpa perempuan adalah arang. Mutiara tanpa perempuan adalah seonggok batu. Pendapat dan pandangannya memuat bahasa hati yang bisa Anda baca. Dengan perempuan, dipahamilah arti kepergian dan perambungan, Pertemuan dan perpisahan, Kerugian dan kebingungan, Ketidakpedulian dan tuduhan.

Perkataan perempuan adalah sihir yang halal. Kalimat-kalimat dari lisannya mengalir seperti madu. Senyumnya begitu indah.

Di antara perempuan-perempuan, terdapat Khadijah yang menjadi simbol etika. Khadijah mempunyai istana di surga, dari bambu surga. Tak ada keributan dan keletihan di sana. Di antara perempuan-perempuan, ada Aisyah binti Ash Shiddiq. Ia pemilik ilmu, ketelitian dan kredibilitas. Ia disucikan dan suci. Ia mempunyai kelembutan yang luar biasa dan keterpujian yang menonjol. Di antara perempuan-perempuan, ada Fatimah Al Batul, binti Rasul. Ibu dari Hasan dan Husain. Pemimpin wanita dunia. Yang diterima di sisi Rabbul Alamin.

Perempuan adalah kertas putih. Di atasnya laki-laki menulis apa yang ia mau. Dari kecintaan dan kebencian. Dari kemarahan dan penghinaan. Pisau mereka adalah cinta. Yang mampu menyungkurkan orang yang mempunyai pikiran. Dan melemahkan orang yang tangguh, bila berhadapan dengannya. Orang yang berakal di sisinya menjadi tak berdaya. Anda melihat seorang laki-laki berkelahi melawan singa, bertempur melawan pasukan bersenjata. Tapi orang itu ternyata dikalahkan oleh perempuan! Anda lihat seorang laki-laki pemberani bisa tergeletak tidak berdaya, dan dikalahkan tanpa mampu melawan, jika ia menginginkan perempuan. Perempuan, dalam kebenciannya tidak terlihat jelas. Air matanya adalah petunjuk paling nyata bagi orang yang mencintainya. Rahasia kekuatannya adalah, justru sebenarnya ia lemah.

Islam menginginkan keterlindungan dan ketertutupan, ketakwaan dan kebersihan. Agar perempuan menjadi bukti keindahan dan penerimaan. Islam ingin agar perempuan terlindungi dengan benteng yang sungguh mahal.

Adalah Adam as di surga tanpa teman dan tanpa pendamping. Lama berlalu masa itu, dan kesepian membuatnya semakin sulit. Maka Allah swt menciptakan untuknya Hawa. Lalu terciptalah antara keduanya kebersihan dan kesetiaan. Perempuan yang baik, perlakuan yang baik. Laki-laki tanpa perempuan bak sebuah buku yang tak berjudul, raja tanpa kerajaan.

Terima kasih wahai Aminah binti Wahab. Engkau telah menghadiahkan kepada kemanusiaan. Engkau telah mengajukan pengorbananmu untuk manusia. Seorang anak yang memancar kehormatannya sebagaimana pancaran matahari di waktu dhuha dan bulan saat benderang. Seorang anak yang mengatakan pada kepercayaan berhala, “Demi jiwaku yang ada di Tangan-Nya. Jika kalian meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku. Aku takkan pernah meninggalkan agamaku. Sampai seluruh desa dan seluruh daratan ini terwarnai oleh agamaku.”

Perempuan, jika baik perilakunya, suci jilbabnya, penuh kasih hatinya, maka rumah akan penuh keridhaan dan dunia menjadi tentram. Rumah tanpa perempuan adalah mihrab tanpa imam, jalanan tanpa petunjuk. Andai perempuan tersembunyi dari kehidupan, tak ada pelukan dan senyuman, tak ada kata-kata dan ungkapan.
.
.
Berteduhlah di Taman Hati
Dr. Aidh Bin Abdullah Al Qarni

Nilai Kehidupan

Ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.

Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.

"Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini," katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. "Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini."

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, "Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya."

Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, "Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini."

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, "Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain".

Segera timbul kesadaran baru. "Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain".

Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.

=================================================

Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.

Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.

Maka, jangan melayani perasaan negatif. Usir segera. Biasakan memelihara pikiran positif, sikap positif, dan tindakan positif. Dengan demikian kita akan menjalani kehidupan ini penuh dengan syukur, semangat, dan sukses luar biasa!

Kebijakan Untuk Lansia

“Jika ingin berhasil di dalam hidup ini, hormati dan sayangi orang tuamu,” ucap Lee Kwan Yew. Lee merupakan salah satu orang yang dihormati di Asia. Ia adalah perdana menteri Singapura periode 1959-1990. Lee lahir di Singapura pada tanggal 16 September 1923. Sejak pengunduran dirinya sebagai perdana menteri Singapura hingga kini, ia tetap menjadi tokoh politik yang berpengaruh di Singapura. Saat ini, jabatan Lee adalah menteri mentor, sebuah jabatan baru yang dibentuk di bawah kepemimpinan anaknya, Lee Hsien Loong, yang menjadi PM ketiga pada 12 Agustus 2004.

Sejarah hidup Lee tidak dapat dilepaskan dari kebaktiannya terhadap orang tuanya. Ia sangat menghargai dan menghormati orang tuanya. Bahkan, ketika ia menduduki tahta tertinggi di pemerintahan Singapura sebagai perdana menteri pertama, penghormatannya kepada orang tua tidak pernah susut. Saking tingginya penghormatan yang dipersembahkan terhadap kedua orang tuanya, menginspirasi dirinya untuk membuat kebijakan yang pro terhadap orang tua atau orang lanjut usia (lansia).

Ini kisah nyata ketika Lee hendak mengatakan kepada seluruh dunia bahwa Singapura aman untuk orang lansia. Kebijakan Lee yang pro terhadap lansia berawal dari kisah nyata seorang anak yang menyia-nyiakan orang tuanya. Kisah ini tidak hanya terkenal di Singapura, bahkan pada waktu itu menjadi perbincangan hangat di seluruh dunia.

Kisahnya berawal dari seorang konglomerat sukses di Singapura. Karena merasa sudah renta, ia mengundurkan diri dari dunia bisnis yang membesarkan dirinya dan keluarganya. Pengunduran diri tersebut terjadi setelah istri yang dicintainya meninggal dunia. Ia mendidik dan membesarkan anak semata wayangnya hingga menjadi seorang sarjana dan menikah.
Karena sang anak tidak mempunyai tempat tinggal, untuk sementara ia minta izin kepada ayahnya untuk tinggal di apartemen ayahnya yang mewah dan besar. Ayahnya senang. Karena, dengan begitu, ia beranggapan masih ada orang yang menemaninya memasuki masa-masa tua. Terlebih bila ia mempunyai cucu, terbayang di benaknya apartemennya yang luas tidak akan pernah sepi. Betapa bahagianya hati bapak tersebut bisa berkumpul dan membagi kebahagiaan dengan anak, menantu, dan cucu-cucunya.

Awalnya, hubungan ayah dan menantunya sangatlah baik. Sang ayah beranggapan bahwa sang menantu tidak hanya mencintai anak tunggalnya tersebut, juga mencintai dirinya layaknya ayah sendiri. Dari kepercayaan tersebut, sang ayah rela mewariskan seluruh harta kekayaan, termasuk apartemen yang mereka tinggali, dialihnamakan ke anaknya melalui notaris di kota tempat mereka tinggal.

Beberapa tahun kemudian, masalah klasik terjadi. Cekcok dalam rumah tangga anak yang berimbas pada sang ayah. Entah masalah apa yang menjadi penyebabnya, terjadi pertengkaran yang hebat antara anak dan sang menantu yang berefek negatif pada sang ayah. Sang anak tega mengusir ayahnya keluar dari apartemen mereka, yang merupakan pemberian ayahnya sendiri.

Karena seluruh harta kekayaannya sudah diberikan kepada anakmya, maka orang tua tersebut tidak lagi mempunyai apa-apa. Apartemen, saham, deposito, emas, uang tunai, dan lainnya sudah diberikan kepada anaknya. Mulai hari itu, ia menjadi jatuh miskin. Untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari, ia mengemis di sekitar Orchard Road. Tidak bisa dibayangkan seorang pebisnis kaya yang cukup terkenal menjadi pengemis.

Pada suatu hari, tanpa sengaja seseorang yang memberikan sedekah kepadanya mengenalinya. Ia adalah teman bisnisnya tempo dulu. Untuk memastikan dirinya tidak keliru, sang teman menanyakan apakah benar yang di hadapannya adalah temannya dulu yang pernah menjalin hubungan bisnis bersama. Si orang tua itu malu dan menjawab bukan. “Mungkin Anda salah orang,” katanya. Namun, kecurigaan temannya sangatlah besar. Sebab, teman dekatnya -yang sekarang menjadi pengemis- hilang tanpa kabar berita. Untuk memastikan prasangkanya, si teman kemudian hari mengajak temannya yang lain untuk memastikan. Ternyata benar, orang tua yang telah menjadi pengemis itu adalah temannya. Semua mantan sahabat karibnya langsung yakin sejak pertama melihat orang tua tersebut.

Dengan perasaan malu, orang tua itu pun menceritakan perihal dirinya hingga sampai ke Orchard Road sebagai seorang pengemis. Ia menangis dan menceritakan kejadian yang dialaminya. Pengalaman si ayah tersebut membuat orang-orang tua yang ada di sekitarnya marah terhadap anak yang sangat tidak bermoral. Dan, kegemparan berita tersebut akhirnya didengar oleh perdana menteri Lee Kwan Yew.

Lee yang menyayangi dan menghormati orang tuanya sejak masih kecil juga ikut tidak terima dengan perlakuan anak pengemis tadi. Lee marah dan langsung memanggil anak dan menantu durhaka tersebut. Mereka dimaki dan dimarahi habis-habisan oleh Lee. “Sungguh sangat memalukan bahwa di Singapura ada anak durhaka seperti kalian,” ucap Lee.

Tidak menunggu lama, Lee memanggil notaris yang membuat warisan. Surat warisan yang sudak dibalik nama ke atas nama anaknya tersebut disobek-sobek oleh Lee. Dan, surat warisan itu dibatalkan demi hukum. Sehingga, semua harta milik yang sudah diwariskan tersebut kembali lagi atas nama ayahnya.

Lee yang terkenal dengan baktinya terhadap kedua orang tuanya dan menghargai para lanjut usia (lansia) di Singapura itu membuat kebijakan agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Kebijakan yang disetujui oleh dewan Singapura tersebut berisi tentang himbauan kepada orang tua untuk tidak mewariskan harta bendanya kepada siapa pun sebelum mereka meninggal dunia. Tidak berhenti di situ, Lee juga membuat kebijakan yang mengatur seluruh perusahaan negara dan swasta di Singapura untuk memberi pekerjaan kepada para lansia. Kebijakan ini dimaksudkan agar para lansia tidak tergantung kepada anak dan menantunya, dan mempunyai penghasilan sendiri. Dengan begitu, mereka akan sangat bangga, terutama pada saat pelaksanaan Cap Go Meh atau perayaan tahun baru China, dapat memberikan angpao kepada cucu-cucunya dari hasil keringat mereka sendiri.

Efek dari kebijakan Lee yang kontroversial ini masih terasa di Singapura hingga saat ini. Walaupun Lee sudah tidak berkuasa lagi, kebijakan tersebut masih dipakai sebagai penghargaan kepada para lansia. Di beberapa tempat umum, seliweran para lansia bukan hal aneh di Singapura. Misalnya, ketika Anda menyempatkan diri ke toilet di Changi Airport, Mall, atau restoran, petugas cleaning service adalah para lansia. PM Lee secara tidak langsung juga memberikan pendidikan sosial yang baik terhadap anak-anak dan remaja di Singapura. Lee berupaya agar mereka dapat menghargai orang yang lebih tua, siapa pun dan apa pun profesinya. Walaupun orang tua mereka tidak sanggup menafkahi, negara menjamin perlindungan terhadap lansia dengan mengajarkan kepada anak muda untuk selalu menghormatinya dengan cara merawatnya. Inilah buntut kasih sayang dan penghormatan kepada orang tua yang melahirkan kebijakan yang pro orang tua atau lansia.
.
.
Sumber : M. Sanusi (dalam bukunya yang berjudul Tempatkan Orang Tuamu di Atas Kepala, Niscaya Mulia Hidupmu!) halaman 165.