“Jika
ingin berhasil di dalam hidup ini, hormati dan sayangi orang tuamu,” ucap Lee
Kwan Yew. Lee merupakan salah satu orang yang dihormati di Asia. Ia adalah
perdana menteri Singapura periode 1959-1990. Lee lahir di Singapura pada
tanggal 16 September 1923. Sejak pengunduran dirinya sebagai perdana menteri
Singapura hingga kini, ia tetap menjadi tokoh politik yang berpengaruh di
Singapura. Saat ini, jabatan Lee adalah menteri mentor, sebuah jabatan baru
yang dibentuk di bawah kepemimpinan anaknya, Lee Hsien Loong, yang menjadi PM
ketiga pada 12 Agustus 2004.
Sejarah
hidup Lee tidak dapat dilepaskan dari kebaktiannya terhadap orang tuanya. Ia
sangat menghargai dan menghormati orang tuanya. Bahkan, ketika ia menduduki
tahta tertinggi di pemerintahan Singapura sebagai perdana menteri pertama,
penghormatannya kepada orang tua tidak pernah susut. Saking tingginya
penghormatan yang dipersembahkan terhadap kedua orang tuanya, menginspirasi
dirinya untuk membuat kebijakan yang pro terhadap orang tua atau orang lanjut
usia (lansia).
Ini
kisah nyata ketika Lee hendak mengatakan kepada seluruh dunia bahwa Singapura
aman untuk orang lansia. Kebijakan Lee yang pro terhadap lansia berawal dari kisah
nyata seorang anak yang menyia-nyiakan orang tuanya. Kisah ini tidak hanya
terkenal di Singapura, bahkan pada waktu itu menjadi perbincangan hangat di
seluruh dunia.
Kisahnya
berawal dari seorang konglomerat sukses di Singapura. Karena merasa sudah
renta, ia mengundurkan diri dari dunia bisnis yang membesarkan dirinya dan
keluarganya. Pengunduran diri tersebut terjadi setelah istri yang dicintainya
meninggal dunia. Ia mendidik dan membesarkan anak semata wayangnya hingga
menjadi seorang sarjana dan menikah.
Karena
sang anak tidak mempunyai tempat tinggal, untuk sementara ia minta izin kepada
ayahnya untuk tinggal di apartemen ayahnya yang mewah dan besar. Ayahnya
senang. Karena, dengan begitu, ia beranggapan masih ada orang yang menemaninya
memasuki masa-masa tua. Terlebih bila ia mempunyai cucu, terbayang di benaknya
apartemennya yang luas tidak akan pernah sepi. Betapa bahagianya hati bapak
tersebut bisa berkumpul dan membagi kebahagiaan dengan anak, menantu, dan
cucu-cucunya.
Awalnya,
hubungan ayah dan menantunya sangatlah baik. Sang ayah beranggapan bahwa sang
menantu tidak hanya mencintai anak tunggalnya tersebut, juga mencintai dirinya
layaknya ayah sendiri. Dari kepercayaan tersebut, sang ayah rela mewariskan
seluruh harta kekayaan, termasuk apartemen yang mereka tinggali, dialihnamakan
ke anaknya melalui notaris di kota tempat mereka tinggal.
Beberapa
tahun kemudian, masalah klasik terjadi. Cekcok dalam rumah tangga anak yang
berimbas pada sang ayah. Entah masalah apa yang menjadi penyebabnya, terjadi
pertengkaran yang hebat antara anak dan sang menantu yang berefek negatif pada
sang ayah. Sang anak tega mengusir ayahnya keluar dari apartemen mereka, yang
merupakan pemberian ayahnya sendiri.
Karena
seluruh harta kekayaannya sudah diberikan kepada anakmya, maka orang tua
tersebut tidak lagi mempunyai apa-apa. Apartemen, saham, deposito, emas, uang
tunai, dan lainnya sudah diberikan kepada anaknya. Mulai hari itu, ia menjadi
jatuh miskin. Untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari, ia mengemis di sekitar
Orchard Road. Tidak bisa dibayangkan seorang pebisnis kaya yang cukup terkenal
menjadi pengemis.
Pada
suatu hari, tanpa sengaja seseorang yang memberikan sedekah kepadanya
mengenalinya. Ia adalah teman bisnisnya tempo dulu. Untuk memastikan dirinya
tidak keliru, sang teman menanyakan apakah benar yang di hadapannya adalah
temannya dulu yang pernah menjalin hubungan bisnis bersama. Si orang tua itu
malu dan menjawab bukan. “Mungkin Anda salah orang,” katanya. Namun, kecurigaan
temannya sangatlah besar. Sebab, teman dekatnya -yang sekarang menjadi
pengemis- hilang tanpa kabar berita. Untuk memastikan prasangkanya, si teman
kemudian hari mengajak temannya yang lain untuk memastikan. Ternyata benar,
orang tua yang telah menjadi pengemis itu adalah temannya. Semua mantan sahabat
karibnya langsung yakin sejak pertama melihat orang tua tersebut.
Dengan
perasaan malu, orang tua itu pun menceritakan perihal dirinya hingga sampai ke
Orchard Road sebagai seorang pengemis. Ia menangis dan menceritakan kejadian
yang dialaminya. Pengalaman si ayah tersebut membuat orang-orang tua yang ada
di sekitarnya marah terhadap anak yang sangat tidak bermoral. Dan, kegemparan
berita tersebut akhirnya didengar oleh perdana menteri Lee Kwan Yew.
Lee
yang menyayangi dan menghormati orang tuanya sejak masih kecil juga ikut tidak
terima dengan perlakuan anak pengemis tadi. Lee marah dan langsung memanggil
anak dan menantu durhaka tersebut. Mereka dimaki dan dimarahi habis-habisan
oleh Lee. “Sungguh sangat memalukan bahwa di Singapura ada anak durhaka seperti
kalian,” ucap Lee.
Tidak
menunggu lama, Lee memanggil notaris yang membuat warisan. Surat warisan yang
sudak dibalik nama ke atas nama anaknya tersebut disobek-sobek oleh Lee. Dan,
surat warisan itu dibatalkan demi hukum. Sehingga, semua harta milik yang sudah
diwariskan tersebut kembali lagi atas nama ayahnya.
Lee
yang terkenal dengan baktinya terhadap kedua orang tuanya dan menghargai para
lanjut usia (lansia) di Singapura itu membuat kebijakan agar kejadian serupa
tidak terulang kembali. Kebijakan yang disetujui oleh dewan Singapura tersebut
berisi tentang himbauan kepada orang tua untuk tidak mewariskan harta bendanya
kepada siapa pun sebelum mereka meninggal dunia. Tidak berhenti di situ, Lee
juga membuat kebijakan yang mengatur seluruh perusahaan negara dan swasta di
Singapura untuk memberi pekerjaan kepada para lansia. Kebijakan ini dimaksudkan
agar para lansia tidak tergantung kepada anak dan menantunya, dan mempunyai
penghasilan sendiri. Dengan begitu, mereka akan sangat bangga, terutama pada
saat pelaksanaan Cap Go Meh atau perayaan tahun baru China, dapat memberikan
angpao kepada cucu-cucunya dari hasil keringat mereka sendiri.
Efek
dari kebijakan Lee yang kontroversial ini masih terasa di Singapura hingga saat
ini. Walaupun Lee sudah tidak berkuasa lagi, kebijakan tersebut masih dipakai
sebagai penghargaan kepada para lansia. Di beberapa tempat umum, seliweran para
lansia bukan hal aneh di Singapura. Misalnya, ketika Anda menyempatkan diri ke
toilet di Changi Airport, Mall, atau restoran, petugas cleaning service adalah para lansia. PM Lee secara tidak langsung
juga memberikan pendidikan sosial yang baik terhadap anak-anak dan remaja di
Singapura. Lee berupaya agar mereka dapat menghargai orang yang lebih tua,
siapa pun dan apa pun profesinya. Walaupun orang tua mereka tidak sanggup
menafkahi, negara menjamin perlindungan terhadap lansia dengan mengajarkan
kepada anak muda untuk selalu menghormatinya dengan cara merawatnya. Inilah
buntut kasih sayang dan penghormatan kepada orang tua yang melahirkan kebijakan
yang pro orang tua atau lansia.
.
.
Sumber
: M. Sanusi (dalam bukunya yang berjudul Tempatkan
Orang Tuamu di Atas Kepala, Niscaya Mulia Hidupmu!) halaman 165.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar