Search

Minggu, 23 Oktober 2016

Tokoh Teladan ~ Khadijah, Sosok Wanita yang Mandiri dan Pantang Menyerah


"Siapa yang tak tahu tentang Khadijah binti Khuwailid? Siapakah beliau? Seperti apakah sifat dan kepribadiannya? Mari simak kisah hidupnya!"


Kelahiran Khadijah binti Khuwailid
Khadijah binti Khuwailid radhiallaahu ‘anha adalah sang kekasih yang selalu dikenang jasanya oleh Rasulullah SAW. Khadijah merupakan putri dari Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab al-Qurasyiyah al-Asadiyah. Beliau dilahirkan kira-kira 15 tahun sebelum tahun kelahiran Nabi Muhammad, yaitu tahun gajah. Beliau tumbuh dalam keluarga yang mulia dan terhormat, hingga pada akhirnya menjadikannya sebagai seorang wanita yang cerdas, teguh, dan cerdik, serta kaya raya karena perniagaan (berdagang). Oleh karena itu, banyak laki-laki dari kaumnya yang menaruh simpati kepadanya dan memiliki keinginan untuk meminangnya.


Kehidupan Rumah Tangga Bunda Khadijah
Awalnya beliau menikah dengan Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi, kemudian mempunyai anak bernama Halah dan Hindun. Setelah wafatnya Abu Halah, bunda Khadijah menikah dengan Atiq bin ‘A’id bin Abdullah al-Makhzumi. Selama beberapa waktu lamanya, kemudian akhirnya mereka bercerai. 

Setelah perceraian tersebut, para pemuka Quraisy berusaha untuk mendapatkan beliau. Akan tetapi, beliau lebih mementingkan untuk mendidik putra-putrinya dan memfokuskan diri dalam masalah perniagaan yang dimilikinya.


Menikah dengan Rasulullah
Suatu ketika, saat sedang sibuk mengurusi perniagaan dan kedua anaknya, beliau mencari orang yang dapat menjual dagangannya. Saat itu terdengar kabar bahwa ada seseorang yang memiliki sifat jujur, amanah, dan berakhlak mulia. Orang tersebut bernama Muhammad. Karena mendengar kabar baik tersebut, beliau segera memintanya untuk menjadi pedagang bersama seorang pembantu Khadijah bernama Maisarah.

Khadijah memberikan barang dagangannya kepada Muhammad dengan melebihi kapasitas yang tak seperti biasanya diberikan kepada orang lain. Muhammad pun menyetujui dan berangkatlah untuk berdagang bersama Maisarah. Tak disangka, Allah memberikan laba yang banyak atas barang dagangan tersebut. 

Khadijah pun merasa gembira dengan hasil yang didapatkan Muhammad. Mulailah Khadijah takjub dengan kepribadian Muhammad, hingga akhirnya muncul perasaan aneh yang ada dibenaknya yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Menurutnya, Muhammad berbeda dari pemuda lainnya dan tidak sebagaimana laki-laki lain. 

Walaupun umur Khadijah telah menginjak 40 tahun, sedangkan Muhammad berusia 25 tahun, namun akhirnya dipersatukan dalam mahligai pernikahan. Setelah menikah dengan Rasulullah, jadilah beliau sebagai contoh yang paling utama dan paling baik dalam hal mencintai suami dan mengutamakan kepentingan suami daripada kepentingan dirinya sendiri. Allah memberikan karunia bagi rumah tangga Khadijah dan Rasulullah berupa kebahagiaan dan nikmat yang berlimpah dan, serta mengaruniakan putra-putri yang bernama al-Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqqayah, Ummi Kalsum, dan Fatimah.


Menjalani Hidup Bersama Rasulullah
Khadijah dijuluki Sayyidah ath-Thahirah yang berarti bersih dan suci. Selama menjalani kehidupannya dengan Rasulullah, beliau tidak merasa tertekan dengan tindakan Rasul yang terkadang harus berpisah jauh darinya untuk menyendiri dan beribadah kepada Allah di Gua Hira. Beliau selalu mencurahkan segala kemampuannya untuk membantu suaminya dengan cara menjaga diri dan menyelesaikan tugas yang harus dikerjakan di rumah.

Beliau adalah seorang istri Nabi yang mencintai suaminya. Berdiri mendampingi Rasulullah untuk menolong, menguatkan, dan membantunya dalam menghadapi kerasnya gangguan dan ancaman terutama dari kaum Quraisy.


Wanita Pertama yang Beriman Kepada Allah dan Rasul-Nya
Khadijah selalu menjadi penenang dan penentram hati Rasulullah ketika dilanda permasalahan. Tak hanya menjadi pelipur lara, Khadijah pun menjadi orang yang pertama kali percaya kepada Rasulullah akan ajaran yang Rasul bawa. Beliau menjadi orang yang pertama kali beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta beliau menjadi wanita pertama yang masuk Islam.


Ikut Berdakwah
Setelah masuk Islam, Khadijah turut mendakwahkan Islam bersama dengan Rasul. Dakwah yang dijalani beliau dan Rasul membuahkan hasil, yaitu Islamnya Zaid bin Haritsah dan juga keempat putrinya.

Ternyata kebahagiaan tak selalu datang, melainkan dimulailah ujian yang sangat keras menimpa kaum muslimin dengan berbagai macam bentuk, namun Khadijah tetap berdiri kokoh bak sebuah gunung yang kokoh dan kuat. Beliau mewujudkan firman Allah, yaitu “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedangkan mereka tidak diuji lagi?” (Al-‘Ankabut : 1-2).
 
Allah memilih kedua putranya, yaitu Abdullah dan al-Qasim untuk menghadap Allah ketika keduanya masih kanak-kanak, sedangkan Khadijah masih dalam keadaan bersabar. Beliau menyaksikan dari waktu ke waktu yang penuh dengan kejadian besar dan permusuhan. Tetapi, tak ada kata putus asa bagi seorang mujahidah, Khadijah begitu taat dan melaksanakan setiap saat apa yang difirmankan Allah Ta’ala. 

Semakin bertambah berat ujian, semakin bertambahlah kesabaran dan kekuatannya. Beliau meninggalkan seluruh bujuk rayu kesenangan dunia yang hendak ditawarkan dengan aqidahnya. Di saat itulah, beliau bersumpah untuk selalu teguh dalam memantapkan kebenaran yang belum pernah dikenal orang sebelumnya dan tidak bergeming dari prinsipnya.


Wafatnya Bunda Khadijah
Selama menghadapi orang-orang Quraisy, Khadijah tak segan untuk bergabung bersama kaum Abu Thalib, padahal beliau termasuk ke dalam suku Quraisy. Beliau meninggalkan kampung halamannya demi menempa kesabaran selama kurang lebih tiga tahun lamanya. Beliau dan Rasul beserta pengikutnya menghadapi beratnya kejahiliyahan, di antaranya adalah pemboikotan yang penuh dengan kesusahan dan kesewenang-wenangan para penyembah berhala.

Sayyidah Khadijah menghadapi semua perbuatan jahiliyah kaum Quraisy tersebut dengan keimanan, ketulusan, dan tekad yang tak kenal lelah, hingga pada akhirnya berakhirlah pemboikotan tersebut. Beliau wafat di usia 65 tahun setelah mencurahkan segala kemampuannya untuk menghadapi berbagai ujian yang menerpa hidupnya.


Mendapat Salam dari Rabbnya
Begitulah sang mujahidah yang telah berjuang melawan segala kemunkaran. Kini, beliau sudah pergi menghadap Rabbnya setelah beliau berhasil menjadi teladan yang baik dan paling tulus dalam berdakwah dan berjihad di jalan Allah. Beliau menjadi seorang istri yang bijaksana, mampu meletakkan urusan sesuai dengan tempatnya dan mencurahkan segala kemampuan untuk mendatangkan ridha Allah.

Dengan segala perjuangan kerasnya, ketulusan hatinya, dan keimanan penuh yang ada dalam dirinya, juga kasih sayangnya terhadap suami dan kaumnya, menjadikan beliau berhak mendapat salam dari Rabbnya dan mendapatkan rumah di surga yang terbuat dari emas.


Wanita yang Dijamin Masuk Surga
“Seutama-utama wanita ahli surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Muzahim” (HR. Ahmad)

Berdasarkan hadits di atas, Khadijah memang termasuk wanita yang dijamin masuk surga. Sebab utama beliau dijamin masuk surga adalah karena beliau merupakan wanita pertama yang beriman kepada Allah dan membenarkan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, wanita suci dan mulia yang terjaga dari kebiasaan buruk masyarakat jahiliyah, wanita kaya raya yang pemurah dan peduli pada kaum dhuafa, istri Rasulullaj yang melindungi beliau dari siksaan kafir Quraisy, dan wanita yang rela mengorbankan harta, jiwa, dan raganya demi tegaknya agama Allah.


Ya Allah ridhailah Khadijah binti Khuwailid. Semoga Allah memberikan balasan yang paling baik karena jasa-jasanya terhadap Islam dan kaum muslimin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar