"Siapa
yang tak tahu tentang Khadijah binti Khuwailid? Siapakah beliau? Seperti apakah
sifat dan kepribadiannya? Mari simak kisah hidupnya!"
Kelahiran Khadijah binti
Khuwailid
Khadijah
binti Khuwailid radhiallaahu ‘anha adalah sang kekasih yang selalu dikenang
jasanya oleh Rasulullah SAW. Khadijah merupakan putri dari Khuwailid bin Asad
bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab al-Qurasyiyah al-Asadiyah. Beliau
dilahirkan kira-kira 15 tahun sebelum tahun kelahiran Nabi Muhammad, yaitu
tahun gajah. Beliau tumbuh dalam keluarga yang mulia dan terhormat, hingga pada
akhirnya menjadikannya sebagai seorang wanita yang cerdas, teguh, dan cerdik,
serta kaya raya karena perniagaan (berdagang). Oleh karena itu, banyak
laki-laki dari kaumnya yang menaruh simpati kepadanya dan memiliki keinginan
untuk meminangnya.
Kehidupan Rumah Tangga
Bunda Khadijah
Awalnya
beliau menikah dengan Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi, kemudian mempunyai anak
bernama Halah dan Hindun. Setelah wafatnya Abu Halah, bunda Khadijah menikah
dengan Atiq bin ‘A’id bin Abdullah al-Makhzumi. Selama beberapa waktu lamanya,
kemudian akhirnya mereka bercerai.
Setelah perceraian
tersebut, para pemuka Quraisy berusaha untuk mendapatkan beliau. Akan tetapi,
beliau lebih mementingkan untuk mendidik putra-putrinya dan memfokuskan diri
dalam masalah perniagaan yang dimilikinya.
Menikah dengan Rasulullah
Suatu
ketika, saat sedang sibuk mengurusi perniagaan dan kedua anaknya, beliau
mencari orang yang dapat menjual dagangannya. Saat itu terdengar kabar bahwa
ada seseorang yang memiliki sifat jujur, amanah, dan berakhlak mulia. Orang
tersebut bernama Muhammad. Karena mendengar kabar baik tersebut, beliau segera
memintanya untuk menjadi pedagang bersama seorang pembantu Khadijah bernama
Maisarah.
Khadijah
memberikan barang dagangannya kepada Muhammad dengan melebihi kapasitas yang
tak seperti biasanya diberikan kepada orang lain. Muhammad pun menyetujui dan
berangkatlah untuk berdagang bersama Maisarah. Tak disangka, Allah memberikan
laba yang banyak atas barang dagangan tersebut.
Khadijah
pun merasa gembira dengan hasil yang didapatkan Muhammad. Mulailah Khadijah
takjub dengan kepribadian Muhammad, hingga akhirnya muncul perasaan aneh yang
ada dibenaknya yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Menurutnya, Muhammad
berbeda dari pemuda lainnya dan tidak sebagaimana laki-laki lain.
Walaupun
umur Khadijah telah menginjak 40 tahun, sedangkan Muhammad berusia 25 tahun,
namun akhirnya dipersatukan dalam mahligai pernikahan. Setelah menikah dengan
Rasulullah, jadilah beliau sebagai contoh yang paling utama dan paling baik
dalam hal mencintai suami dan mengutamakan kepentingan suami daripada
kepentingan dirinya sendiri.
Allah memberikan karunia
bagi rumah tangga Khadijah dan Rasulullah berupa kebahagiaan dan nikmat yang
berlimpah dan, serta mengaruniakan putra-putri yang bernama al-Qasim, Abdullah,
Zainab, Ruqqayah, Ummi Kalsum, dan Fatimah.
Menjalani Hidup Bersama
Rasulullah
Khadijah
dijuluki Sayyidah ath-Thahirah yang berarti bersih dan suci. Selama menjalani
kehidupannya dengan Rasulullah, beliau tidak merasa tertekan dengan tindakan Rasul
yang terkadang harus berpisah jauh darinya untuk menyendiri dan beribadah
kepada Allah di Gua Hira. Beliau selalu mencurahkan segala kemampuannya untuk
membantu suaminya dengan cara menjaga diri dan menyelesaikan tugas yang harus
dikerjakan di rumah.
Beliau
adalah seorang istri Nabi yang mencintai suaminya. Berdiri mendampingi
Rasulullah untuk menolong, menguatkan, dan membantunya dalam menghadapi
kerasnya gangguan dan ancaman terutama dari kaum Quraisy.
Wanita Pertama yang Beriman
Kepada Allah dan Rasul-Nya
Khadijah
selalu menjadi penenang dan penentram hati Rasulullah ketika dilanda
permasalahan. Tak hanya menjadi pelipur lara, Khadijah pun menjadi orang yang
pertama kali percaya kepada Rasulullah akan ajaran yang Rasul bawa. Beliau
menjadi orang yang pertama kali beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta
beliau menjadi wanita pertama yang masuk Islam.
Ikut Berdakwah
Setelah
masuk Islam, Khadijah turut mendakwahkan Islam bersama dengan Rasul. Dakwah
yang dijalani beliau dan Rasul membuahkan hasil, yaitu Islamnya Zaid bin
Haritsah dan juga keempat putrinya.
Ternyata
kebahagiaan tak selalu datang, melainkan dimulailah ujian yang sangat keras
menimpa kaum muslimin dengan berbagai macam bentuk, namun Khadijah tetap
berdiri kokoh bak sebuah gunung yang kokoh dan kuat. Beliau mewujudkan firman
Allah, yaitu “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedangkan mereka tidak diuji lagi?”
(Al-‘Ankabut : 1-2).
Allah
memilih kedua putranya, yaitu Abdullah dan al-Qasim untuk menghadap Allah
ketika keduanya masih kanak-kanak, sedangkan Khadijah masih dalam keadaan
bersabar. Beliau menyaksikan dari waktu ke waktu yang penuh dengan kejadian
besar dan permusuhan. Tetapi, tak ada kata putus asa bagi seorang mujahidah,
Khadijah begitu taat dan melaksanakan setiap saat apa yang difirmankan Allah
Ta’ala.
Semakin
bertambah berat ujian, semakin bertambahlah kesabaran dan kekuatannya. Beliau
meninggalkan seluruh bujuk rayu kesenangan dunia yang hendak ditawarkan dengan
aqidahnya. Di saat itulah, beliau bersumpah untuk selalu teguh dalam
memantapkan kebenaran yang belum pernah dikenal orang sebelumnya dan tidak
bergeming dari prinsipnya.
Wafatnya Bunda Khadijah
Selama
menghadapi orang-orang Quraisy, Khadijah tak segan untuk bergabung bersama kaum
Abu Thalib, padahal beliau termasuk ke dalam suku Quraisy. Beliau meninggalkan
kampung halamannya demi menempa kesabaran selama kurang lebih tiga tahun
lamanya. Beliau dan Rasul beserta pengikutnya menghadapi beratnya
kejahiliyahan, di antaranya adalah pemboikotan yang penuh dengan kesusahan dan
kesewenang-wenangan para penyembah berhala.
Sayyidah
Khadijah menghadapi semua perbuatan jahiliyah kaum Quraisy tersebut dengan
keimanan, ketulusan, dan tekad yang tak kenal lelah, hingga pada akhirnya
berakhirlah pemboikotan tersebut. Beliau wafat di usia 65 tahun setelah
mencurahkan segala kemampuannya untuk menghadapi berbagai ujian yang menerpa
hidupnya.
Mendapat Salam dari Rabbnya
Begitulah
sang mujahidah yang telah berjuang melawan segala kemunkaran. Kini, beliau
sudah pergi menghadap Rabbnya setelah beliau berhasil menjadi teladan yang baik
dan paling tulus dalam berdakwah dan berjihad di jalan Allah. Beliau menjadi
seorang istri yang bijaksana, mampu meletakkan urusan sesuai dengan tempatnya
dan mencurahkan segala kemampuan untuk mendatangkan ridha Allah.
Dengan
segala perjuangan kerasnya, ketulusan hatinya, dan keimanan penuh yang ada
dalam dirinya, juga kasih sayangnya terhadap suami dan kaumnya, menjadikan
beliau berhak mendapat salam dari Rabbnya dan mendapatkan rumah di surga yang
terbuat dari emas.
Wanita yang Dijamin Masuk
Surga
“Seutama-utama
wanita ahli surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad,
Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Muzahim” (HR. Ahmad)
Berdasarkan
hadits di atas, Khadijah memang termasuk wanita yang dijamin masuk surga. Sebab
utama beliau dijamin masuk surga adalah karena beliau merupakan wanita pertama
yang beriman kepada Allah dan membenarkan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW, wanita suci dan mulia yang terjaga dari kebiasaan buruk masyarakat
jahiliyah, wanita kaya raya yang pemurah dan peduli pada kaum dhuafa, istri
Rasulullaj yang melindungi beliau dari siksaan kafir Quraisy, dan wanita yang
rela mengorbankan harta, jiwa, dan raganya demi tegaknya agama Allah.
Ya
Allah ridhailah Khadijah binti Khuwailid. Semoga Allah memberikan balasan yang
paling baik karena jasa-jasanya terhadap Islam dan kaum muslimin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar