Search

Selasa, 28 Maret 2017

Berita Bohong

Suatu ketika, para pembohong dan penghasut dari kalangan munafiqin mencoba mencemarkan kehormatan Rasulullah SAW. Tujuannya tak lain adalah untuk melemahkan kedudukan beliau dan menjauhkan umat Islam dari sekelilingnya. Sebagian dari sahabat Rasulullah jadi terpengaruh dan sebagian besar lainnya tidak terpengaruh, bahkan semakin tegar membela kehormatan Rasulullah SAW sehingga Allah menurunan keputusan-Nya, dan Dialah hakim yang paling adil.

Peristiwa tersebut dikisahkan oleh Ibnu Hisyam dalam sirahnya. Ibnu Ishak menceritakan, "Az Zuhri menceritakan kepadaku suatu peristiwa. Kisah itu ia dapatkan dari Alqamah bin Waqqash, Sa'id bin Jubair, Urwah bin Zubair dan Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah. Ia berkata, "Semuanya telah menceritakan kepadaku sebagian peristiwa ini, sebagian mereka lebih hafal dan memahami ketimbang yang lainnya. Dan saya telah menghimpun untuk Anda apa yang diceritakan oleh mereka kepadaku."" Berikut ini adalah beberapa kisahnya.
.
.
Tradisi Rasulullah dalam Melakukan Perjalanan
Muhammad bin Ishak bercerita, "Yahya bin Abbad bin Abdillah bin Zubair menceritakan kepadaku. Cerita itu ia dapatkan dari ayahnya dari 'Aisyah ra. Abdullah bin Abi Bakar juga bercerita kepadaku dari 'Amrah binti Abdurrahman dari 'Aisyah mengenai dirinya saat para pembohong melancarkan tuduhan keji.

Setiap perawi meriwayatkan peristiwa itu dari mereka, dan sebagian mereka menceritakan apa yang tidak diceritakan oleh lainnya. Akan tetapi, masing-masing dari mereka terpercaya dalam meriwayatkan peristiwa, dan masing-masing menceritakan segala yang didengar dari 'Aisyah secara apa adanya.

'Aisyah berkata, "Apabila hendak melakukan sebuah perjalanan, Rasulullah SAW mengundi para istrinya: yang keluar undiannya diajak untuk menyertai perjalanannya. Ketika perang Bani Musthaliq, Rasulullah mengundi istri-istrinya, sebagaimana yang biasa dilakukan. Saat itu undianku yang keluar, maka akulah yang menemani Rasulullah SAW dalam perjalanan itu."
.
.
'Aisyah Mencari Kalungnya yang Hilang
'Aisyah berkata, "Pada saat itu para wanita mempersedikit makan, hingga tidak berat karena kegemukan. Apabila aku hendak melakukan perjalanan dengan menaiki unta, maka aku duduk dalam sekedup (semacam gubug kecil yang tertutup rapat yang diletakkan di atas unta, tempat ini khusus untuk wanita bila mengadakan suatu perjalanan), kemudian rombongan yang akan membawa dan memberangkatkan diriku mengambil bagian bawah sekedupku untuk mengangkatnya, lalu meletakkannya di atas punggung unta dan mengikatnya dengan tali. Setelah itu mereka memegang kendali unta dan membawanya berangkat."

'Aisyah berkata, "Ketika Rasulullah SAW telah menyelesaikan perjalanannya, beliau kemudian langsung pulang. Ketika mendekati kota Madinah, beliau singgah di suatu tempat untuk beristirahat sebagian malam. Bila rasa lelah sudah hilang, maka diserukan kepada rombongan untuk melanjutkan perjalanan. Ketika mereka bersiap-siap untuk berangkat, aku keluar sebentar untuk buang hajat. Saat itu aku masih mengenakan kalung yang terbuat dari mutiara zhifar di leherku. Karena melihat rombongan sudah mulai melangkah, aku pun segera kembali ke tempat semula. Namun, begitu aku meraba leherku, ternyata kalung itu sudah tak ada.

Ternyata benda itu terjatuh, tanpa sepengetahuanku, saat aku membuang hajat tadi. Meski rombongan sudah mulai melangkahkan kakinya, aku kembali ke tempat aku membuang hajat tadi, untuk mencari kalungku sampai ketemu. Sementara, orang-orang yang membawaku telah siap-siap berangkat. Mereka mengangkat sekedupku. Mereka mengira aku sudah berada di dalamnya. Seperti yang biasa dilakukan, orang-orang itu lalu membawa dan mengikatkannya pada unta, tanpa ragu sedikitpun tentang keberadaanku di dalamnya. Kemudian mereka memegang kendali unta dan berangkat. Sementara aku terus mencari kalung yang terjatuh, rombongan Rasulullah sudah meninggalkan tempat. Karena itu, ketika aku kembali ke tempat pasukan, tidak kutemui seorang pun yang ada di situ. Semuanya telah berangkat."
.
.
Ibnu Mu'athal Menemukan 'Aisyah
'Aisyah melanjutkan kisahnya, "Karena rombongan sudah tak tampak dari pandangan, maka aku memutuskan untuk diam di tempat itu. Aku berselimut dengan jilbabku kemudian berbaring. Aku yakin akan ada yang diutus untuk mencariku bila diketahui bahwa aku tidak ada. Dan benar, demi Allah, ketika aku sedang berbaring, tiba-tiba Sofwan bin Mu'athal As-Sulami lewat di dekatku. Ia sengaja berjalan di belakang pasukan untuk melakukan tugas sweeping (mencari barang-barang kaum muslimin yang tertinggal atau terjatuh). Karena itu, ia tidak dapat beristirahat malam bersama pasukan lainnya.

Ketika melihat sosokku, ia mendekat hingga berada di depanku (saat itu hijab belum diwajibkan kepada kami). Ketika ia mengenaliku, ia berseru, "Innaa Lillah Wa Inna Ilaihi Raaji'un, isteri Rasulullah!". Waktu itu aku berselimut dengan pakaianku. Setelah itu ia berkata, "Apa yang menyebabkan paduka tertinggal, semoga Allah merahmati Anda". Namun aku tidak mengatakan sesuatu pun kepadanya. Kemudian ia mendekati untanya, lalu berkata, "Naiklah". Lalu ia mundur menjauh dariku. Setelah itu ia menuntun untanya dengan cepat untuk mengejar rombongan.

Kami tidak dapat menyusul mereka, dan mereka tidak merasa kehilangan aku hingga menjelang subuh. Saat sudah sampai di persinggahan berikutnya, dan ketika mereka sudah tenang, barulah kami sampai. Saat itulah para pembohong mulai menyebarkan fitnah dengan aneka tuduhan. Pasukan pun menjadi gempar lantaran fitnah yang ditimbulkan oleh orang-orang munafiq saat itu. Padahal, dan demi Allah aku tidak mengetahui lagi sesuatu pun dari hal itu."
.
.
Rasulullah Berpaling dari 'Aisyah
Setelah sampai di Madinah, aku menderita sakit yang teramat parah, sehingga tidak mendengar sedikit pun berita bohong tersebut. Padahal, berita itu sudah sampai kepada Rasulullah SAW dan kedua orang tuaku, namun mereka tidak menceritakan sedikit pun berita itu kepadaku. Justeru aku mulai merasa kehilangan kelemah-lembutan Rasulullah SAW terhadap diriku. Biasanya bila aku mengaduh kesakitan, Rasulullah menyayangiku dan berlaku lemah-lembut kepadaku, tapi kali ini ia tidak melakukan hal itu padaku.

Aku tidak merasakan kelembutan dan kasih sayangnya lagi. Bahkan, apabila menjengukku, saat dirawat oleh ibuku (menurut Ibnu Hisyam sang ibu itu adalah Ummu Ruman, yang namanya Zainab binti Abdi Duhman, salah seorang dari Bani Firas bin Ghanam bin Malik bin Kinanah) Rasulullah cuma bertanya, "Bagaimana keadaan putrimu?". Tidak lebih dari itu," tutur 'Aisyah.
.
.
Ketika 'Aisyah Tahu Gosip tentang Dirinya
Menurut Ibnu Ishak, 'Aisyah bercerita, "Aku merasa sedih dan jengkel melihat sikap Rasulullah yang dingin. Maka, aku memberanikan diri untuk berkata, "Wahai Rasulullah, apabila engkau mengizinkan, aku akan berpindah ke rumah ibuku agar dapat merawatku". Rasulullah SAW menjawab, "Silahkan."

Akhirnya aku pindah ke rumah orang tuaku, namun aku tetap tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di luar. Setelah dua puluh malam lebih aku merasa sembuh dari sakitku. Kami, orang-orang Arab tidak membuat jamban di rumah-rumah kami sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Ajam (non-Arab), karena kami merasa jijik dan tidak menyukainya. Bila di antara kami ingin buang hajat, maka pergi ke tempat-tempat yang lengang di Madinah, sedang kaum wanitanya pergi buang hajat di tengah malam.

Pada suatu malam aku keluar untuk buang hajat dengan ditemani Ummu Misthah binti Abi Ruham bin Al-Muthalib bin Abdi Manaf. Ibunya adalah anak perempuan Shakhr bin 'Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim, bibi Abu Bakar As Shiddiq radhiyallahu 'anhu. Saat ia berjalan bersamaku, tiba-tiba terjerat pakaiannya. Ia pun lantas berseru, "Celakalah Misthah!" (Misthah adalah nama gelar, nama aslinya: 'Auf).

Aku menyahut, "Demi Allah, alangkah buruknya ucapanmu pada seorang muhajirin yang ikut serta dalam perang Badar."

Ia menjawab, "Apakah belum sampai berita kepadamu, wahai anak puteri Abu Bakar?"

Aku balik bertanya, "Berita apa?". Lantas ia menceritakan kepadaku tentang apa yang diisukan oleh para pembohong.

Aku bertanya lagi, "Apakah itu sungguh-sungguh terjadi?"

Ia menjawab, "Ya, demi Allah, itu sungguh-sungguh terjadi". Demi Allah, setelah mendengar berita itu aku tidak bisa buang air, lalu aku kembali. Demi Allah, aku tak henti-henti menangis hingga aku menyangka tangisanku akan dapat memecahkan jantungku.

Aku berkata kepada ibuku, "Semoga Allah mengampuni engkau, masyarakat telah membicarakan sesuatu, sedang engkau tidak pernag sedikitpun memberitahukan kepadaku."

Ia menjawab, "Wahai puteriku, jangan pedulikan hal itu, demi Allah jarang seorang wanita baik yang berada di sisi laki-laki yang mencintainya, sedang ia mempunyai banyak madu kecuali mereka akan menyebarkan hal-hal yang merugikannya. Demikian juga masyarakat."
.
.
Rasulullah Berkhutbah
'Aisyah berkata, "Rasulullah SAW berkhotbah dengan berdiri di hadapan manusia (saat itu aku tidak mengetahui hal tersebut). Seperti biasa, Rasulullah SAW memuji Allah SWT kemudian berkata, "Wahai manusia, mengapa orang-orang menyakitiku dengan mengatakan hal-hal yang tidak benar mengenai keluargaku. Demi Allah, aku tidak mengetahui dari mereka (keluargaku) kecuali kebaikan. Mereka juga mengatakan hal itu kepada seorang laki-laki yang demi Allah, aku tidak mengetahui darinya kecuali kebaikan. Dan ia tidak pernah memasuki salah satu rumah dari rumah-rumahku kecuali bersama denganku."
.
.
Peran Ibnu Ubay dan Hamnah dalam Penyebaran Gosip
Masih menurut cerita 'Aisyah, bahwa yang punya andil besar dalam penyebaran berita bohong adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. Lelaki ini berasal dari kalangan orang-orang Khazraj. Sementara, Misthah dan Hamnah binti Jahsy juga punya andil dalam hal tersebut. Ia melakukan hal itu karena saudarinya, Zainab binti Jahsy, adalah isteri Rasulullah SAW, dan tidak ada seorang pun dari isteri-isteri beliau yang derajatnya menyamaiku kecuali dia. Akan tetapi karena agamanya, Zainab dipelihara oleh Allah hingga tidak mengatakan kecuali yang baik. Sedang Hamnah binti Jahsy, ia turut menyebarkan berita bohong tersebut untuk melawanku demi kepentingan saudarinya, maka ia mendapat celaka karenanya.
.
.
Suasana Madinah Pasca Khutbah Rasulullah
Setelah Rasulullah SAW menyampaikan khutbahnya, Usaid bin Hudhair berkata, "Ya Rasulullah, bila mereka dari kabilah Aus, maka cukuplah kami yang akan membereskannya. Tapi bila dari kalangan saudara-saudara kami, Khazraj, maka berilah instruksi kepada kami. Demi Allah, mereka sudah layak ditebas lehernya."

Mendengar ucapan tegas seperti itu, Sa'ad bin Ubadah salah satu sahabat yang telah dikenal sebagai orang shalih berdiri seraya berkata, "Demi Allah, engkau berdusta wahai Usaid, kita tidak akan memenggal leher mereka. Demi Allah engkau mengucapkan kata-kata itu karena telah mengetahui bahwa mereka itu dari kalangan orang-orang Khazraj. Seandainya mereka dari kaummu, maka engkau tidak akan mengucapkan kata-kata itu."

Usaid menjawab, "Demi Allah, engkau berdusta. Bahkan, engkau seorang munafiq yang membantah demi membela orang-orang munafiq."

'Aisyah berkata, "Setelah itu, orang-orang di tempat itu berdiri saling berhadapan, sehingga hampir saja terjadi hal yang tidak diinginkan di antara kedua kabilah tersebut, yakni Aus dan Khazraj. Setelah itu Rasulullah SAW turun dari mimbar lalu masuk ke tempatku."
.
.
Rasulullah Minta Pendapat Ali dan Usamah
'Aisyah berkata, "Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali bin Abi Thalib ra. dan Usamah bin Zaid ra. untuk diajak bermusyawarah. Usamah ra. memuji dengan kata-kata yang baik terhadap diriku, kemudian berkata, "Ya Rasulullah, saya tidak mengetahui dari keluarga engkau kecuali yang baik, berita ini adalah dusta dan batil". Sementara Ali ra. berkata kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, sesungguhnya perempuan amat banyak, engkau mampu mencari penggantinya. Tetapi bertanyalah kepada budak perempuanmu, ia pasti berkata jujur kepadamu."

Rasulullah SAW kemudian memanggil Barirah untuk dimintai keterangannya. Tetapi tatkala ia datang, Ali bin Abi Thalib berdiri menghampirinya, lalu memukulnya dengan keras sambil berkata, "Jujurlah kepada Rasulullah SAW!". Barirah berkata, "Demi Allah, aku tidak mengetahui kecuali kebaikan. Aku tidak mencela sedikit pun pada 'Aisyah, kecuali ketika aku membuat adonan dan memintanya untuk menjaga adonan tersebut, tetapi ia tertidur hingga datang seekor kambing dan memakannya."
.
.
Al-Qur'an Membantah Gosip
'Aisyah berkata, "Kemudian Rasulullah SAW masuk ke tempatku. Saat itu, aku sedang ditemani oleh kedua orang tuaku dan seorang wanita dari Anshar. Aku menangis, dan wanita itu juga ikut menangis bersamaku. Rasulullah duduk lalu memuji Allah kemudian berkata, "Wahai 'Aisyah, sesungguhnya engkau telah mendengar apa yang dikatakan oleh manusia. Karena itu bertaqwalah kepada Allah, bila engkau terlanjur melakukan keburukan seperti yang dituduhkan orang-orang, maka bertaubatlah kepada Allah, karena Allah Maha menerima taubat."

Demi Allah, hanya itu yang dikatakan oleh Rasulullah SAW kepadaku. Maka, aku hanya bisa menangis hingga habis air mataku sambil menunggu kedua orang tuaku memberi jawaban kepada Rasulullah SAW, tetapi keduanya tidak mengatakan sepatah kata pun. Aku merasa sangat hina dan tidak pantas kalau Allah menurunkan ayat Al-Qur'an mengenai diriku yang akan dibaca di setiap masjid dan digunakan untuk shalat. Tapi aku berharap kiranya Rasulullah SAW melihat suatu mimpi yang dapat membantah berita bohong, memberitahukan kesucianku, atau memberitahukan berita yang benar."

'Aisyah melanjutkan ceritanya, "Ketika aku tidak mendengar kedua orang tuaku berbicara, maka aku berkata kepada keduanya, "Tidakkah ayah dan ibu memberikan jawaban kepada Rasulullah SAW?". Keduanya menjawab, "Demi Allah, kami tidak tahu jawaban apa yang akan kami ucapkan."

Ketika kedua orang tuaku tidak mampu memberikan jawaban, maka aku memaksakan diri untuk berbicara di hadapan Rasulullah sambil menangis, "Demi Allah, aku tidak akan bertaubat dari apa yang telah engkau sebutkan. Demi Allah, apabila aku mengakui apa yang dikatakan orang, padahal Allah mengetahui bahwa aku tidak bersalah, tentu aku mengatakan sesuatu yang tidak sebenarnya. Tapi bila aku menolak apa yang mereka katakan, tentu kalian tidak mempercayaiku."

Kemudian aku mengingat-ingat nama Nabi Ya'qub, namun aku tak menemukannya. Maka aku berkata, "Akan tetapi aku akan mengatakan seperti yang diucapkan oleh ayah Nabi Yusuf as., "Mereka datang membawa baju Yusuf (yang berlumur) dengan darah dusta. Berkata Bapaknya, bahkan dirimu mengluaskan (memandang baik) urusan itu. Maka kesabaran yang baik (itulah kesabaranku) dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan." (Yusuf : 18).

Selama aku berbicara seperti itu, Rasulullah SAW belum beranjak dari tempat duduknya. Hanya saja, tiba-tiba beliau pingsan sebagaimana biasanya saat menerima wahyu dari Allah. Maka, beliau diselimuti dengan pakaiannya dan diletakkan bantal dari kulit di bawah kepalanya. Ketika aku melihat hal itu, demi Allah, aku tidak takut dan tidak peduli, karena aku tidak merasa bersalah dan aku yakin Allah tidak akan menzhalimiku. Adapun kedua orang tuaku, demi Dzat yang menguasai 'Aisyah, seolah-olah jiwa mereka melayang sebelum Rasulullah SAW tersadar, karena sangat takut kalau wahyu yang diturunkan membenarkan gosip tentangku."

Tidak berapa lama kemudian Rasulullah SAW tersadar, lalu duduk dan keringatnya berjatuhan seperti mutiara di musim dingin. Beliau menyeka keringat dari keningnya, lalu bersabda, "Bergembiralah wahai 'Aisyah, karena sesungguhnya Allah telah menurunkan ayat tentang kesucianmu". Mendengar ucapan dari suaminya itu 'Aisyah langsung berucap, "Alhamdulillah".

Rasulullah SAW kemudian keluar menemui kaum muslimin lalu berkhotbah dan membacakan ayat Al-Qur'an yang baru saja diturunkan Allah. Kemudian memerintahkan pelaksanaan hukum had (sebanyak delapan puluh kali cambuk) kepada Misthah bin Utsatsah, Hassan bin Tsabit, dan Hamnah bintih Jahsy. Mereka adalah orang-orang yang ikut menyebarkan berita bohong.
.
.
Komentar Abu Ayyub Tentang 'Aisyah
Ibnu Ishak berkata, "Abu Ishak bin Yasar bercerita kepadaku dari beberapa orang Bani Najjar. Sesungguhnya Abu Ayyub, Khalid bin Zaid, telah ditanya oleh isterinya, Ummu Ayyub, "Wahai Abu Ayyub, tidakkah engkau mendengar apa yang dikatakan orang tentang diri 'Aisyah?". Abu Ayyub menjawab, "Ya, dan semua itu kebohongan. Apakah engkau akan berbuat serong, wahai Ummu Ayyub?". Ia menjawab, "Tidak, demi Allah aku tidak akan melakukan hal itu". Abu Ayyub berkata, "Demi Allah, 'Aisyah lebih baik daripada kamu."
.
.
Ayat-ayat yang Turun
'Aisyah berkata, "Ayat Al-Qur'an yang turun mengenai orang-orang yang ikut andil dalam menyebarkan berita bohong itu adalah firman Allah yang berbunyi, "Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu mengira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa diantara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya adzab yang besar." (An-Nuur : 11).

Mereka itu adalah Hassan bin Tsabit dan sahabat-sahabatnya yang ikut serta membawa berita bohong tersebut."

Menurut Ibnu Hisyam, ada pendapat mengatakan bahwa yang dimaksud ayat tersebut adalah 'Abdullah bin Ubay dan rekan-rekannya. Sedangkan gembongnya adalah Abdullah bin Ubay, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Ibnu Ishak dalam pembahasan terdahulu.

Kemudian Allah berfirman, "Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukmin dan mukminat tidak berprasangka baik terhadap diri mereka sendiri?" (An-Nuur : 12).

Mengapa mereka tidak berkata sebagaimana yang dikatakan Abu Ayyub dan isterinya? Kemudian Allah melanjutkan firman-Nya, "(Ingatlah) pada waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja, padahal dia pada sisi Allah adalah besar." (An-Nuur : 15).
.
.
Abu Bakar Berniat Menghentikan Nafkah kepada Misthah
Tatkala turun ayat berkenaan dengan 'Aisyah dan orang-orang yang melemparkan tuduhan kepadanya, Abu Bakar (yang biasanya memberi belanja kepada Misthah karena hubungan kerabat dan karena kemiskinannya) berkata, "Demi Allah, aku tidak akan memberi belanja sesuatu pun kepada Misthah dan tidak akan memberi sesuatu manfaat pun kepadanya untuk selama-lamanya, karena dia telah mengatakan kebohongan mengenai 'Aisyah. Akan tetapi Allah menegur sikap sahabat Rasulullah ini melalui wahyu yang diturubkan kemudian, "Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antar kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabatnya, pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (An-Nuur : 22).
.
.
Fathi Yakan

1 komentar: